Kucing saat ini menjadi hewan peliharaan yang populer. Terlebih di masa pandemi, orang-orang diharuskan berdiam diri di rumah. Cenderung merasa bosan berkegiatan yang itu-itu aja, orang-orang mulai melirik kucing, yang dari sananya, imut. Entah itu kucing liar yang kita dapetin dari suatu tempat, yang tiba-tiba dateng sendiri ke rumah, dikasih kenalan yang udah lama suka kucing, atau kita sendiri yang beli. Memelihara kucing tentunya kita butuh pakan, tempat dia ‘eek’, dan sebagainya. Makanan kucing pun beragam banget variannya sampe ada snacknya juga.
Baru-baru ini temenku tiba-tiba tanya random, “Kalo manusia tiba-tiba gaada, nasib kucing gimana ya? Kan biasanya yang ngasih makan kita? Sekarang juga jarang kucing yang makan tikus.” Pertanyaan (yang kira-kira begitu) ini menarik dan bingungin sih. Pertama, kok tiba-tiba gaada itu gimana? Tiba-tiba gaadanya itu karena apaan? Menurutku, kalo gaadanya manusia karena bencana alam dan semacamnya, sebagian besar kucing pasti ikutan ‘gaada’. Ya kalo tiba-tiba beberapa manusia ilang kaya di series The Society, aneh sih, kebetulan aku juga belum nyelesein nonton seriesnya. Karena aku tergolong orang yang melihara kucing dari lama dan sebelumnya belum pernah baca atau tahu asal muasal kucing rumahan, penasaran deh hihi.
Let’s begin ..
Para peneliti
menemukan bahwa penyebaran kucing terbagi dua gelombang. Pertama, ketika
pertanian muncul pertama kali di daerah timur Mediterania dan Turki. Masyarakat
saat itu menyimpan biji-bijian yang menarik tikus-tikus pada dateng. Nah, si
kucing liar zaman itu tertarik dengan para tikus ini dan nyamperin mereka di
tempat penyimpanan biji-bijian tadi. Buat ngontrol populasi para tikus ini,
masyarakat memotivasi para kucing untuk stay
at home tetap tinggal di daerah
itu yang akhirnya mengarah ke dalam budidaya kucing domestik. Begitulah yang
diperkirakan Eva-Maria Geigl dan rekan-rekannya dari Insititute Jacques Monod di Paris.
Gelombang dua penyebaran kucing terjadi beberapa tahun kemudian. Para peneliti tadi menemukan bahwa kucing yang memiliki keturunan mitokondria dari Mesir mulai muncul di Bulgaria, Turki dan sub-Sahara Afrika antara abad keempat sebelum masehi. Di abad keempat Masehi, mereka percaya bahwa para pelaut mulai memelihara kucing di atas kapal untuk mengontrol populasi tikus. Kucing ini jadi menyebar saat para pelaut melakukan misi perdagangannya.
Para peneliti ini juga menemukan bahwa DNA dari beberapa spesimen menunjukkan bahwa mutasi kucing tidak terjadi hingga abad pertengahan. Selama beberapa dekade, para peneliti percaya para kucing telah dipelihara di Mesir sekitar 4.000 tahun yang lalu. Tapi, narasi ini dipatahkan oleh penemuan tulang kucing di kuburan manusia yang berusia 9.500 tahun di Siprus pada tahun 2004. Dalam penelitian lain tahun 2014, kucing domestik dibiakkan di Mesir pada 6.000 tahun yang lalu (penemuan ini sesuai dengan kronologi yang dibuat oleh Geigl dan rekan-rekannya).
Si kucing-kucing tadi tertarik sama para tikus, mereka pasti ngikutin kata hati dan perut mereka sendiri kan ya buat nangkep para tikusnya, bukan manusia yang dengan mudahnya memerintah si kucing buat, “Noh, tikus-tikus tangkepin, buat lo pada makan!” Em .. kalo gitu bearti pasti ada faktor yang bikin si kucing betah hidup bersimbiosis dengan manusia dari dulu. Nah, ada sumber lain yang mengatakan jika kucing telah mendomestikan dirinya sendiri sejak dulu kala. Menurut Stephen O’Brien dari National Cancer Institute, kucing punya genetik yang memudahkan mereka untuk dapat berinteraksi dengan manusia. Ini juga yang memungkinkan kucing lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan manusia di sekitarnya. Ternyata cukup rumit dan panjang ya sejarah kucing sama manusia ini.
0 comments