Enam Topi Pemikiran Edward de Bono

 


Sebagai manusia, berpikir adalah bagian dari hidup. Ketika beberapa atau banyak manusia berkumpul untuk berdiskusi, banyak juga pemikiran-pemikiran yang terjadi. Ya, dapat ditebak, banyaknya pemikiran ini seringkali mengantarkan sebuah diskusi menjadi lahan perdebatan tiada henti. Terkadang juga, seseorang hanya fokus pada pembenaran argumen yang dimiliki dan tidak mendengarkan argumen orang lain, ya kaya orang yang gasabar nunggu giliran dia ngomong dengan motong omongan orang lain gitu deh. Hm, apa jangan-jangan kita termasuk salah satunya?

Lalu gimana cara kita nerapin Enam Topi Pemikiran atau Six Thinking Hats dalam aktivitas diskusi? Nah, sesuai namanya, ada enam topi pemikiran yang tiap topinya merupakan cara berpikir yang berbeda.

1.      Topi Putih
Topi putih berarti informasi. Ketika memakai topi putih, semua orang dalam diskusi akan fokus pada informasi dan terlibat dalam penjelajahan subjek yang menjadi topik pembicaraan. Bareng-bareng, semua orang akan melihat semua informasi yang ada dan mencari informasi yang diperlukan. Dengan topi putih ini, alhasil diskusi yang terjadi bukan hanya mencari informasi yang cocok buat memperkuat argumen pribadi dan nyuruh orang buat melihat subjek dari arah yang sama.

2.      Topi Merah
Topi merah melambangkan emosi, perasaan, dan intuisi. Dengan memakai topi ini kita mengizinkan pengaruh emosi dan perasaan yang menghantarkan kita pada intuisi. Perasaan yang ada hanya perlu diekspresikan dan alasan dibalik argumen kita nanti tidaklah perlu buat diutarakan. Meski intuisi ini hal yang berguna, tapi kadang intuisi hanya sebuah bahan atau faktor pertimbangan dalam cara berpikir untuk pengambilan keputusan.

3.      Topi Hitam
Topi hitam berasal dari pemikiran kritis. Kalau bisa disingkat, topi ini seperti sebuah ‘peringatan’ dalam diskusi. Ketika menggunakan topi hitam, kita menunjukkan semua bahaya, kesalahan, dan masalah dari informasi atau argumen yang disampaikan. Ya, topi hitam menunjukkan keadaan ‘sebenarnya’ dan mencegah kita dari melakukan hal-hal yang salah atau berbahaya. Secara umum, aspek yang dicakup topi hitam adalah ‘berhati-hati’.

4.      Topi Kuning
Eits, bukan pria bertopi kuning di kartun Curious George lho. Topi kuning di sini berusaha ngundang semua orang dalam diskusi untuk mencari nilai dari suatu hal. Ketika ada sebuah ide yang disarankan, topi hitam bakal mudah menunjukkan apa bahaya dari ide itu, sedangkan topi kuning, ia akan menantang semua orang dalam diskusi untuk mencari dan melihat nilai-nilai di belakang ide yang disarankan. Dengan topi kuning ini, semua orang akan ikhlas dan fokus dalam penjelajahan topik pembicaraan dan bukan lagi fokus sama kemenangan argumen pribadi dan terlalu dalam dalam mencari kesalahan ide tadi. Sayang kan, kalau daya pikir kita dalam diskusi dibuang-buang hanya untuk mengkritisi aja.

5.      Topi Hijau
Topi hijau mencari ide, alternatif, kemungkinan, dan desain. Secara langsung ketika menggunakan topi hijau, kreativitas dalam diri kita diundang untuk keluar. Daripada nunggu orang lain muncul dengan ide kreatifnya dan orang yang lain bersiap buat menyerang ide tadi, topi hijau membiarkan kita memiliki waktu, tempat, dan ekspetasi untuk berpikir kreatif. Dengan gini, semua orang dalam diskusi akan tertantang untuk memberikan kontribusi kreatif dan jika tidak, ya lebih baik diem aja. Ketika kreativitas udah jadi kebiasaan dalam sebuah diskusi, kita pun bakal merasakan dampak pada produktivitas yang semakin meningkat.

6.      Topi Biru
Fungsi pertama topi biru adalah untuk menetapkan fokus dan tujuan. Fungsi keduanya adalah memberikan urutan penggunaan topi dalam diskusi. Istilahnya, topi biru adalah sosok pengendali diskusi. Contohnya, saat diskusi dan semua orang menggunakan topi merah tidak setuju dengan sebuah ide, maka topi hitam bisa dipakai buat mereka yang ngga setuju njelasin alasan dibalik ketidaksetujuannya. Nah pada intinya, topi biru inilah yang akan mengumpulkan semua hasil diskusi, membuat ringkasan, dan kesimpulan apa yang didapatkan.
 
Apa setiap diskusi urutan topinya harus kaya gini? Kembali lagi sama fungsi topi biru tadi, urutan penggunaan topi dapat berbeda-beda tergantung situasi yang dihadapi saat diskusi.

Terus, kalau mau diskusi bearti harus beli enam topi beda warna buat semua anggota, dong? Hm, topi secara fisik tidaklah diperlukan karena topi-topi ini hanyalah sebuah metafora.

Bearti, kalau misal namanya diganti Enam Celana Pemikiran, boleh-boleh aja kan? Ya, gapapa sih, topi ini dipakai Edward de Bono karena menurut dia topi adalah barang yang gampang dipakai dan dilepas, hm walau cuma metafora, apa celana gampang dipakai dan dilepas?
 
 

0 comments