Untuk Lily merahku,
Ayah Ibumu bukanlah mereka yang
menjadikanmu ada, bukan pula mereka yang mengatakan kebenarannya. Kau pun tahu
soal ini, dari siapa yang kau temui kala itu, tujuh tahun berlalu. Bertemu
dengan tubuh fanamu yang hampa tanpa kehendak pribadi membuat pertemuan itu
hanya sekedar temu tanpa kata. Berhari-hari tak kucoba pikirkan tentangmu, tapi
nyatanya ini tertulis. Saat aku ingin mengisi waktu dengan tempat kumenetap pasti,
kudapati diriku ada dalam hangatmu. Perlahan kuharap kehendak pribadimu mulai
ada, Lily.
Kini mereka membawaku pergi ke tempat
yang tak kau ketahui. Jauh darimu lantas membuat kenangan kecil itu
mendominasi. Senyum dan canda tawamu dulu, membuat kami hidup, Lily. Hanya saja
perang ini memisahkan kita dari Ayah Ibumu. Kutakuti ia juga akan memisahkanku
darimu.
Di taman tempat kau dirawat, hanya
mengerti kata yang kutulislah harapan kecilku padamu, andai-andai kau dapat
tersenyum padaku saat telah sampai. Ketahuilah bahwa kau tak sendiri dan ada
aku yang akan menghabiskan waktunya bersamamu. Bersama, Lily.
Saudarimu,
Gen
Penghabisan
waktu itu memang mereka lakukan bersama dalam ketenangan. Surat yang sampai
saat perempuan muda beraga, tetapi pikiran dan perasaannya terputus dinyatakan
telah tiada. Surat harapan seorang
saudari yang telah gugur, tak pernah dibaca Lily si rambut merah.
0 comments