Pertama,
yang akan kita ulik itu first impression
bias, apa itu? First impression bias adalah keterbatasan dalam pemrosesan informasi
manusia yang menyebabkan kita melakukan pengamatan yang cepat dan tidak lengkap
tentang orang lain berdasarkan informasi pertama yang kita dapatkan dan rasakan.
Bias kesan pertama ini mengacu pada batasan pemrosesan informasi manusia di
mana orang itu sangat dipengaruhi oleh informasi pertama yang mereka terima dan
mereka juga akan mengevaluasi informasi berikutnya menurut informasi awal tadi.
Singkatnya, informasi pertama yang diproses secara terbatas oleh seseorang akan
berpengaruh di situasi berikutnya, itulah bias kesan pertama.
Kesan
pertama sendiri mendapat banyak perdebatan apakah ia benar-benar akurat atau
tidak. Menurut Daniel Kahneman, penulis Thinking, Fast, and Slow, kesan pertama
tidaklah sempurna dan memperbaiki kesan pertama ini sangat menantang. Hal itu
terjadi karena kita sering menjadi mangsa Halo Effect. Alexander Todorox, peneliti di Universitas Princeton dan penulis
Face Value, beranggapan bahwa begitu kita membentuk kesan pertama pada
seseorang, kita cenderung tetap dengan hal tersebut dan memperlakukannya
sebagai fakta. Alexander Todorox juga mengatakan bahwa masalahnya adalah
penilaian tadi sepenuhnya subjektif dan dapat merugikan. Dicontohkan, saat kita
mencoba mempekerjakan orang baru di posisi kepemimpinan, orang yang “terlihat”
lebih kompeten, seperti mereka yang berkacamata, lebih mungkin dipekerjakan. Padahal,
isyarat wajah yang diterjemahkan menjadi kompetensi seseorang mungkin tidak
benar bagi orang yang berbeda. Tentu, hal ini memiliki efek berbahaya bagi
perekrut kerja tadi, yaitu bisa saja ia menghambat keragaman dan kemajuan
perusahaannya.
Bias
kesan pertama adalah penyebab utama sebagian besar kesalahan perekrutan. Aku
tambahkan contoh lagi terkait hal yang terjadi saat prekrutan orang baru. Sebagai
hasil dari fokus pada presentasi kandidat atas kinerja mereka, perusahaan sering
mempekerjakan orang yang berkinerja buruk dan menghindari mempekerjakan orang
dengan keterampilan presentasi yang lebih lemah, padahal memiliki kinerja
terbaik. Dampak negatif ganda ini dirangkum di bawah ini.
Di
dalam Effects of Gender and Personality
on First Impression, terdapat hasil studi dimana kebanyakan orang cenderung
menganggap wajah yang tidak dikenal atau tidak familiar sebagai orang kurang
dapat dipercaya. Dibandingkan dengan laki-laki, perempuan memberikan penilaian
yang lebih positif untuk orang dengan wajah yang dapat dipercaya.
Kedua,
lalu apa kaitan bias kesan pertama atau first
impression bias ini dengan film yang pernah atau sering kita tonton? Mungkin
kita pakai contoh dari Chieko Iwashita dalam Roles of Films and Television Dramas in International Tourism: The Case
of Japanese Tourists to the UK. Di sini dijelaskan bahwa film dan drama itu
berpengaruh kepada kesan wisatawan mengenai negara yang menarik minat mereka
untuk dikunjungi dan bagaimana perjalanan yang akan dilewati nantinya. Hal ini
termasuk kesan terhadap orang-orang dari negara tersebut tentang bagaimana sikap
mereka dalam memperlakukan wisatawan. Ia juga nyambung dengan pembahasan
sebelumnya, yaitu kaitan wajah yang tidak dikenal atau tidak familiar dengan
mudah atau tidaknya orang tersebut dapat dipercaya. Gini, misal aku belum
pernah pergi ke negara X dan tertarik untuk mengulik tentang negara X karena
aku ingin berkunjung ke negara itu. Aku coba deh nontoh salah satu film yang
cukup menggambarkan bagaimana situasi negara tersebut, budayanya, dan orang-orangnya.
Dari film ini banyak kemungkinan yang akan membuat terjadinya bias kesan
pertamaku kepada negara X. Nah, dari situ juga, terbentuk dalam benakku
gambaran-gambaran tentang kemungkinan apa saja yang bakal terjadi kalau aku
mengunjungi negara tersebut. Mungkin aku bersikap lebih hati-hati dan tidak
gampang percaya dengan orang-orang dari negara X atau mungkin aku menjadi excited karena orang-orang negara X
terlihat sangat ramah terhadap wisatawan.
Ada juga penelitian yang
menyebutkan tentang perubahan perilaku anak muda setelah menonton film. Apa
itu? Dicontohkannya tentang anak muda yang menonton film tentang orang yang
lebih tua dari stage umur mereka.
Setelah menonton itu, mereka menunjukkan stereotip yang sama kepada orang yang
lebih tua di kehidupan nyata mereka dengan yang ada di dalam film tadi. Sebaliknya,
ada sebuah penelitian yang membagi beberapa orang menjadi 4 kelompok untuk
menentukan pengaruh bias kesan pertama. Empat kelompok tersebut adalah teks
dengan isyarat bias kesan pertama, multimedia dengan isyarat bias kesan
pertama, teks tanpa isyarat bias, dan multimedia tanpa isyarat bias. Isyarat
bias kesan pertama tadi dirancang dengan memberikan informasi yang tidak
lengkap serta tidak menguntungkan bagi kepala departemen, tetapi kemudian
mereka diberi informasi yang dimaksudkan untuk mendukung kinerja kepala
departemen. Tugas mereka (empat kelompok tadi) adalah melakukan penilaian
kinerja lima tahunan pada kepala departemen. Secara keseluruhan, hasil
menunjukkan skor penilaian kelompok multimedia (penyampaian informasi contohnya
dengan video) dengan isyarat bias tidak berbeda dengan kelompok multimedia
tanpa isyarat bias. Bearti di sini, isyarat bias kesan pertama tidak
mempengaruhi penilaian seseorang terhadap orang lain.
First impression bias itu ada di dalam keseharian kita dan banyak kemungkinan hal tersebut terjadi pada kita. Dari film-film yang kita tonton, kita mendapat banyak wajah baru yang sebelumnya mungkin ga familiar di kita atau yang sebelumnya sudah familiar, tetapi berbeda dengan yang ada di sekitar kita. Dengan melihat banyak film, kita jadi memiliki banyak gambaran yang akan mempengaruhi first impression kita pada orang yang baru kita ajak berkenalan. Juga, mungkin ketika melihat wajah yang “mirip sama aktor/aktris” di film blabla kita jadi nganggep orang itu berkepribadian sama kaya karakter dalam film tadi. ”Oh, orang ini kok kaya yang ada di film X, ya, ooo, mungkin dia juga kaya begitu kali.” “Wo, wajahnya mirip banget sama karakter di film X.” Namun juga, dengan hal tersebut kita dapat melihat seseorang dari banyak perspektif yang ada yang tentu dapat bermanfaat untuk menambah wawasan kita. “Em, biodata yang dia ceritain kaya gitu, ya, oh mungkin itu hanya kulitnya saja” “Duh, kok keliatan cuek banget perkenalannya, oh gapapa mungkin karena memang baru kenalan pertama kali, kan.” Begitu deh contohnya. Kesimpulan yang ingin aku tarik adalah tayangan atau film yang kita tonton dapat menyebabkan hal positif (terkait first impression) bagi mereka yang mencoba atau mampu berada di sudut pandang orang lain. Terima kasih semuanya sudah membaca sampai akhir, ga kerasa udah hampir 2 minggu blog ini ga update.
References
(2008) Roles of Films and Television Dramas in International Tourism: The Case of Japanese Tourists to the UK, Journal of Travel & Tourism Marketing, 24:2-3, 139 151, DOI: 10.1080/10548400802092635
Eliminate First Impression Bias And Hire Right Candidate https://www.linkedin.com/business/talent/blog/talent-strategy/eliminate-first-impression-bias-and-hire-right-candidate
Kai H. Lim, Izak Benbasat, Lawrence M. Ward The Role of Multimedia in Changing First Impression Bias. Information Systems Research 11 (2) 115-136 https://doi.org/10.1287/isre.11.2.115.11776
Kubrak T. Impact of Films: Changes in Young People’s Attitudes after Watching a Movie. Behavioral Sciences. 2020; 10(5):86. https://doi.org/10.3390/bs10050086
Mattarozzi K, Todorov A, Marzocchi M, Vicari A, Russo PM (2015) Effects of Gender and Personality on First Impression. PLOS ONE 10(9): e0135529. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0135529
The First Impression Bias https://thedecisionlab.com/reference-guide/psychology/the-first-impression-bias/
0 comments